Pos 797 – Kisah Hidup Nabi Yusya’ bin Nun
a.s.
Kitab Yosua (bahasa
Ibrani: ספר יהושע Sefer Y'hoshua; bahasa
Inggris: Book of Joshua) adalah
kitab keenam dalam Tanakh
(Alkitab
Ibrani) maupun Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kitab
ini merupakan kitab pertama dari Kitab Nabi-nabi yang Terdahulu, yang berisi
kisah bangsa Israel
ketika mereka merebut negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua
bin Nun. Dialah yang menggantikan Musa memimpin umat
Israel. Peristiwa-peristiwa penting yang dikisahkan di dalam buku ini ialah
antara lain: penyeberangan Sungai Yordan, jatuhnya Yerikho,
pertempuran di Ai, dan pengukuhan
kembali perjanjian antara Tuhan dengan umat-Nya.
Nama Yosua diambil dari bahasa Ibrani: יהושׁע
Yehoshua atau Yəhôšuª‘, yang artinya adalah “dengan
pertolongan Yahweh.
Selain nama nabi yang dikatakan menulis kitab dengan nama
yang sama, nama ini juga nama Yesus dalam bahasa Aram.
Salah satu petikan terkenal dari buku ini ialah:
“
|
Tetapi jika
kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini
kepada siapa kamu akan beribadah; ... Tetapi aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada TUHAN!
|
”
|
—Yosua 24:15
|
Daftar isi |
Sumber Naskah
- Teks Masoret (bahasa Ibrani, abad ke-10 M)
- Septuaginta (bahasa Yunani; abad ke-3 SM)
- Naskah Laut Mati (bahasa Ibrani, abad ke-2 SM), terutama:[1]
- 4Q47 Joshuaa (4QJosha)
- 4Q48 Joshuab (4QJoshb)
Pengarang
Tradisi Yahudi mengatakan bahwa penulis kitab ini adalah Yosua
bin Nun, abdi Musa,
yang ditahbiskan menjadi penerusnya dan memimpin orang
Israel memasuki dan menduduki tanah Kanaan. Talmud mengatakan
bahwa kitab ini ditulis oleh Yosua kecuali ayat-ayat terakhirnya (24:29-33)
yang ditambahkan oleh Imam Besar Pinehas bin Eleazar.
Jelas bahwa si pengarang menulis sebagai seorang
saksi mata atas kejadian-kejadian yang diceritakan, sesekali ia menggunakan
kata ganti orang pertama (misalnya, dalam Yosua 5:1), meskipun Yosua sendiri
biasanya digambarkan dalam kata ganti orang ketiga. Namun beberapa bagian (mis.
5:9, 7:26, 24:29-33) hanya mungkin dapat ditambahkan setelah kematiannya
(barangkali oleh Imam Eleazar bin Harun atau anaknya, Pinehas bin Eleazar).
Belakangan ini muncul perdebatan tentang siapa
penyunting akhir Kitab Yosua. Dua kemungkinan telah diajukan:
1.
Para sarjana
konservatif mengatakan bahwa sebagian besar dari isi Kitab Yosua ditulis pada
masa penyerangan bangsa Israel (abad ke-15 atau ke-12 SM), oleh seseorang yang
hidup sezaman dengan Yosua dan seorang saksi mata tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi.
2.
Para sarjana
kritis modern berpendapat bahwa kemungkinan Kitab Yosua disusun pada akhir masa
monarkhi atau awal masa pasca-pembuangan, berdasarkan sumber-sumber "YEDP"
yang mereka yakini bertanggung jawab atas penulisan Pentateukh,
atau oleh salah seorang nabi dari abad ke-8
SM.
Isi dan struktur
Kitab Yosua mengandung sejarah bangsa Israel sejak masa
kematian Musa hingga
masa kematian Yosua. Setelah kematian Musa, Yosua, karena
sebelumnya telah ditunjuk sebagai pengganti Musa, menerima perintah dari Allah
untuk menyeberangi Sungai Yordan. Dalam melaksanakan perintah ini, Yosua
mengeluarkan perintah kepada para tua-tua suku untuk menyeberangi Sungai
Yordan. Ia juga mengingatkan suku Ruben,
suku Gad,
dan setengah dari suku Manasye tentang janji yang mereka telah berikan
kepada Musa untuk menolong saudara-saudara mereka.
Kitab ini pada dasarnya terdiri atas tiga bagian:
1.
Sejarah
perebutan tanah Kanaan
(pasal 1 - 12).
2.
Pembagian tanah
kepada suku-suku Israel, penetapan kota-kota perlindungan, penyediaan kebutuhan
untuk suku
Lewi (pasal 13 - 22), dan pengiriman suku-suku di sebelah timur ke
tempat-tempat tinggal mereka.
3.
Kata-kata
perpisahan dari Yosua, disertai laporan tentang kematiannya (pasal 23 - 24).
Bagian tentang penaklukan Kanaan mencakup
- Rahab (Yosua pasal 2). Yosua mengutus dua mata-mata dari Sitim untuk menyelidiki kota Yerikho. Mereka diselamatkan oleh Rahab dengan taktiknya yang brilyan sehingga tidak jatuh ke tangan raja Yerikho. Sebagai ganjarannya, mereka berjanji untuk tidak menyerang Rahab kelak ketika mereka menyerbu kota itu.
- Penyeberangan Sungai Yordan (Yosua pasal 1, 3 dan 4). Setelah mengulangi kewajiban untuk mengikuti mitzvah, Yosua memerintahkan bangsa Israel untuk maju, dan mereka meninggalkan Sitim. Ketika tiba di Sungai Yordan, Yosua meramalkan bahwa Tabut perjanjian akan menyeberangi Yordan secara ajaib. Begitu tabut itu tiba di sungai, sebuah mujizat pun terjadi, dan sungai itu berhenti mengalir dan segera mengering, karena itu para imam yang memikulnya berhenti untuk membiarkan seluruh bangsa Israel menyeberang. Untuk memperingati peristiwa ini, Yosua memerintahkan pembangunan dua tugu peringatan: satu di dasar sungai itu sendiri, dan satu lagi di tepi barat sungai itu, di Gilgal (yang saat itu belum diberi nama ini), tempat bangsa Israel berkemah.
Yosua dan bangsa Israel
menyeberangi sungai Yordan
- Pengkhitanan bangsa Israel (pasal 5:1-12). Bangsa Israel disunat di Gibeath-Haaraloth (yang artinya bukit kulit khatan). Kemudian hal ini dijelaskan bahwa orang-orang ini dilahirkan di padang gurun sehingga belum dikhitankan. Karena itu mereka dikhitan, dan daerah itu dinamai Gilgal untuk mengenangnya (Gilgal terdengar seperti Gallothi - Aku telah membuang, tetapi mungkin arti yang lebih tepat adalah lingkaran batu-batu yang ditegakkan).
- Panglima Bala Tentara TUHAN (pasal 5:13-15). Dalam ayat-ayat ini dikisahkan kedatangan seorang panglima bala tentara TUHAN dengan pedang yang terhunus, dan Ia memerintahkan Yosua melepaskan kasutnya (segera perintah ini ditaati oleh Yosua) karena tanah tempat Yosua berdiri itu kudus.
- Pertempuran Yerikho (pasal 6) - Setelah mengepung Yerikho, bangsa Israel mengelilinginya sekali selama enam hari berturut-turut, dan pada hari yang ketujuh mereka mengitarinya tujuh kali, dan setiap kali sambil meniupkan trompet mereka dengan keras dan berteriak. Pada putaran yang terakhir tembok kota itu runtuh, dan penghuninya, kecuali Rahab dan keluarganya, dibantai. Lalu diumumkan kutukan agar kota itu tidak dibangun kembali.
- Pertempuran pertama di Ai (pasal 7) - Kota Ai ditinjau dan dinyatakan lemah, karena itu pasukan Israel hanya mengirim sebuah kelompok kecil untuk menyerangnya, namun mereka dikalahkan. Hal ini menyebabkan Yosua dan bangsanya hampir putus asa. Namun Allah menyatakan bahwa bangsa itu telah berdosa, karena seseorang telah mencuri harta dari Yerikho yang dimaksudkan untuk bait suci. Karenanya, bangsa Israel berusaha menemukan si pencuri dengan membuang undi (Urim dan Tumim), mula-mula dari sukunya (Yehuda), lalu klan (Zerah), kemudian keluarga (Zabdi), dan akhirnya menemukannya, yaitu Akhan.
- Akhan mengakui bahwa ia telah mencuri kain Babel yang mahal, selain perak dan emas, dan pengakuannya dibuktikan dengan ditemukannya harta itu yang terkubur di kemahnya. Karena itu Akhan dibawa ke lembah Akhor, dan di sana ia dirajam sampai mati, dibakar dan kemudian dikubur di bawah tumpukan batu yang tinggi.
- Pertempuran kedua di Ai (pasal 8:1-29) - 30.000 orang pasukan Israel siap untuk menyerang Ai dalam semalam, dan di pagi hari, suatu pasukan Israel lainnya menyerang dan kemudian berpura-pura mengundurkan diri. Akibatnya, pasukan-pasukan Ai tertarik jauh dari kota. Ketika Yosua mengangkat tombaknya, ke-30.000 orang pasukan bersiap-siap menyergap, sementara Yosua siap menyerang kembali dan dengan demikian mengepung pasukan-pasukan Ai. Seluruh kota itu dibakar dan penduduknya dibantai. Raja Ai digantung di pohon, dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
- Ritual Ebal dan Gerizim (pasal 8:30-35) - Yosua mendirikan sebuah mezbah di Gunung Ebal dan memberikan kurban persembahan di situ, lalu menuliskan hukum Musa di mezbah tersebut. Rakyat lalu diatur ke dalam dua bagian, yang pertama menghadap Ebal dan yang lainnya Gerizim. Masing-masing lalu membaca berkat-berkat dan kutukan seperti yang disebutkan dalam Kitab Ulangan.
- Perjanjian suku Hewi (pasal 9) - Suku Hewi menipu Israel sehingga mereka disangka orang asing. Dengan demikian mereka berhasil mendapatkan perjanjian untuk tidak menyerang dari Israel. Bahkan setelah penipuan ini terbongkar, perjanjian itu tidak dibatalkan, meskipun suku Hewi dihukum dengan diperlakukan sebagai kelompok sosial terendah (disebutkan lewat ungkapan Ibrani: "pembelah kayu dan air untuk mezbah YHWH").
- Kelima raja orang Amori (pasal 10) - Adonizedek, raja Yerusalem, mengadakan persekutuan dengan "lima raja orang Amori" (ia sendiri dan raja-raja dari Hebron, Yarmut, Lakhis, dan Eglon), dan mereka mengepung orang Hewi di Gibeon, yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Suku Hewi memohon bantuan Yosua, dan karena itu Yosua melakukan serangan kejutan di malam hari. Hal ini menyebabkan suku Amori panik dan melarikan diri hingga ke Bet-horon. Meskipun serangan malam, sebuah puisi dikutip dari Kitab Yaser, yang menyatakan bahwa matahari berhenti beredar di Gibeon, dan bulan di lembah Ayalon, agar Yosua dapat menyelesaikan pertempuran. Kelima raja itu bersembunyi di sebuah gua, namun ditemukan dan dijebak di sana hingga tentara mereka musnah, lalu mereka digantung.
- Pertempuran dengan Hazor (pasal 11:1-20, 23). Yabin, Raja Hazor, pasukannya, dan para vasalnya, bertemu di Merom. Namun, Yosua melakukan suatu serangan kilat dan mampu mengalahkan mereka. Ia mengejar mereka hingga jauh, lalu Yosua menghalangi kuda-kuda mereka, membakar kereta-kereta, merebut Hazor, membantai penghuninya, dan membakarnya hingga rata dengan tanah. Para penghuni yang kurang setia juga ditangkap dan dibantai, meskipun kota-kota di bukit dibiarkan.
- Orang Enak (pasal 11:21-22). Suku Enak diusir dari gunung-gunung dan Hebron oleh Yosua. Ini bertentangan dengan laporan-laporan yang belakangan dalam Kitab Hakim-hakim yang mengatakan bahwa Kaleblah yang melakukan hal ini.
Bagian mengenai pembagian Kanaan memuat
bagian-bagian naratif yang singkat dan daftar yang panjang mengenai
tempat-tempatnya, yang saling berjalin
- Naratif sebagai kerangkanya, yang melukiskan proses pembagian tanah itu (Yosua 12:1-6, 13:1-14, 13:21b-22, 13:32-14:3, 15:63, 16:10-17:6, 17:12-18:10, 19:51, dan 22:1-9). Mula-mula diberikan gambaran tentang wilayah di timur Sungai Yordan yang ditaklukkan dan diberikan kepada Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye). Setelah Allah memberikan Yosua gambaran mengenai daerah yang belum ditaklukkan, Yosua diingatkan tentang Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye), yang sudah dijanjikan tanah oleh Musa, dan tentang suku Lewi yang tidak diberikan wilayah, melainkan hanya kota-kota. Wilayah itu dibagi melalui undian, Yehuda mendapatkan undian yang pertama, meskipun mereka gagal mengusir bangsa Kanaan yang hidup di Yerusalem. Lalu keluarga Yusuf mendapatkan wilayahnya, Efraim yang gagal mengusir bangsa Kanaan dari Gezer, dan dikatakan pula bahwa anak-anak perempuan Zelofehad, bagian dari suku Manasye, juga diberikan wilayahnya sendiri. Keluarga Yusuf mendapatkian daerah gunung, termasuk hutan, dan diberitahukan bahwa mereka akan mampu mengusir keluar bangsa Kanaan yang hidup di sana, meskipun bangsa itu mempunyai kereta-kereta besi. Lalu bangsa Israel berkumpul di Silo, dan Yosua mengirim sebuah tim peninjau. Ketika peninjauan itu selesai, sisa tanahnya dibagi-bagi di antara suku-suku yang lebih kecil. Akhirnya, suku-suku yang tanahnya di sebelah timur Sungai Yordan diizinkan pergi ke tanah mereka.
- Daftar Raja-raja (pasal 12:7-24). Daftar 31 kota yang ditaklukkan, dengan raja-rajanya.
- Gambaran tentang batas-batas Suku-suku Israel. Gambaran tentang batas-batas Yehuda (Yosua 15:1-12) dan Benyamin (pasal 18:11-20) agak berbeda dengan daftar kota-kota mereka, tidak seperti gambaran tentang batas-batas dari suku-suku yang lain. Batas-batas Efraim (16:4-9) dan (setengah dari) Manasye (17:7-11) luar biasa karena mencakup pula enklaf di sebagian wilayah dari suku-suku sekitarnya. Batas-batas mereka secara keseluruhan juga diberikan (16:1-3). Gambaran tentang batas-batas dari suku-suku yang lain juga diberikan - Ruben (13:15-16, 20, 23a), Gad (13:24-27), Makhir (setengah dari Manasye) (13:29-31), Zebulon (10-14), Isakhar (22a), Asyer (24, dan 26b-29a), dan Naftali (19:32-34) - kecuali untuk suku Lewi (yang hanya mempunyai kota-kota). Untuk Dan dan Simeon, hanya kota-kota saja yang didaftarkan.
- Daftar kota-kota Israel menurut sukunya. Daftar untuk Yehuda (pasal 15:20-62) dan Benyamin (pasal 18:21-28) sangat mendalam, sehingga banyak orang mencurigai bahwa daftar ini diambil dari sebuah dokumen administratif. Daftar dari suku-suku teritorial lainnya - suku Ruben (13:16-21a dan 13:23b), suku Gad (13:24-28), suku Simeon (19:1-9), suku Zebulon (19:10-16), suku Isakhar (19:17-23), suku Asyer (19:25-31), suku Naftali (19:32-39), suku Dan (19:40-46) - masing-masing agak tercampur dengan gambaran mengenai batas-batasnya, meskipun bagian-bagian yang lainnya tetap tidak diatur. Daftar untuk suku Lewi (21:1-45) dibagi-bagi ke dalam tiga klannya, dan agak berkepanjangan. Sebaliknya, boleh dikatakan tidak ada daftar untuk suku Efraim atau suku Manasye.
- Orang Enak (pasal 14:6-15, dan 15:13-14). Kaleb mengingatkan Yosua tentang kesetiaannya dan meminta Hebron sebagai bagian pribadinya. Permintaan ini dikabulkan, dan Kaleb mengusir suku Enak yang tinggal di situ.
- Kisah Otniel (pasal 15:15-19). Kaleb menyerang Kiriat-sefer, dan berjanji untuk menyerahkan anak perempuannya, Akhsa, untuk dinikahkan dengan siapapun yang menaklukkan kota itu. Keponakannya, Otniel, menerima tantangan itu dan karenanya berhasil menyuntingnya. Akhsa meminta mahar yang lebih besar dari ayahnya, dan karena itu kepadanya diberikan mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir selain tanah di Negeb yang telah disediakan baginya.
- Serangan terhadap Lesem (pasal 19:47-48). Wilayah suku Dan terlalu kecil untuk mereka, karena itu mereka menyerang Lesem, membantai penduduknya, dan mendirikannya kembali dengan nama Dan.
- Bagian milik Yosua (pasal 19:49-50). Yosua sendiri mendapatkan Timnah-serah, yang telah dimintanya, di wilayah suku Efraim.
- Penunjukan kota-kota perlindungan (pasal 20) juga termasuk daftar singkat yang menbutkan kota-kota itu.
- Mezbah Ed (pasal 22:10-34) Ketika kembali ke tanah mereka, suku Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye) membangun sebuah mezbah yang sangat besar. Suku-suku yang lain tersinggung karena mereka percaya hal ini menunjukkan bahwa mereka mengklaim bahwa mezbah mereka itulah yang paling utama, karena itu mereka bersiap-siap perang. Namun, mereka pertama-tama mengutus Pinehas bin Eleazar dan para pangeran dari masing-masing suku untuk menegur mereka. Ruben, Gad, dan Makhir, menanggapinya dengan mengatakan bahwa mezbah itu hanyalah lambang dari kesetiaan mereka, dan bukan untuk dipergunakan, karena itu Pinehas dan rombongannya lega, adn membatalkan rencana mereka berperang. Mezbah itu dinamai Ed (yang artinya saksi) untuk mengenangnya.
Bagian mengenai pesan-pesan terakhir Yosua meliputi
- Pesan terakhir Yosua (pasal 23-24). Yosua, yang kini sudah tua, meminta bangsa Israel berkumpul, lalu ia memperingatkan rakyat agar tetap setia kepada Torah Musa. Yosua lalu mengumpulkan semua suku di Sikhem, lalu memperingatkan mereka agar setia kepada Torah Musa, sambil mengisahkan kembali kejadian-kejadian di masa lampau. Lalu Yosua menempatkan sebuah batu besar di bawah sebuah pohon, di tempat kudus di Sikhem, sebagai saksi bagi janji rakyat Israel untuk setia. Lalu Yosua meninggal dunia, dan tak lama kemudian juga Eleazar bin Harun. Tulang-tulang Yusuf juga dikuburkan di sana di dekat pohon dan tiang batu , di sebidang tanah yang telah dibeli Yakub seharga 100 mata uang.
Masalah etis tentang perang dan genosida
Sebuah kesulitan dengan kitab ini muncul dari
perintah yang diberikan Allah untuk memusnahkan bangsa Kanaan.
Para teolog liberal melihat
perintah untuk melakukan genosida secara etis tidak dapat dibenarkan, karena hal ini
tidak sejalan dengan keseluruhan pandangan di dalam Alkitab
Ibrani dan Kristen
tentang Allah sebagai Pencipta yang penuh kasih dan belas. Mereka melihatnya
sebagai sebuah polemik teologis, dengan sebagian besar peristiwanya diciptakan
pada masa atau sesudah pembuangan Babel, untuk menggalakkan kesetiaan
kepada keyakinan Yahudi pada saat hal itu terancam. Misalnya, Morton (hlm. 324-325) mengatakan
bahwa Yosua "harus dipahami sebagai ritus bangsa-bangsa kuno (termasuk
Israel) yang di dalam konteks zamannya, berusaha menyenangkan Allah (atau
dewa-dewa)".
Para
teolog konservatif, yang menganggap kitab ini sebagai laporan yang akurat
secara historis yang ditulis pada atau tak lama sesudah masa hidup Yosua,
memberikan salah satu dari penjelasan berikut ini terhadap masalahnya:
1.
Perang adalah
bagian yang esensial dari sejarah Timur dekat pada abad ke-15 SM. Sebagian
penafsir berpendapat bahwa kitab ini memperlihatkan Allah yang menggunakan
kegiatan-kegiatan yang berdosa untuk mencapai maksud-maksud-Nya. Ini tidak
berarti bahwa Allah mendukung perang, melainkan bahwa Ia bekerja melalui
manusia sebagaimana adanya mereka. Para penafsir ini menekankan apa yang mereka
lihat sebagai hakikat masyarakat Kanaan yang berdosa, sambil menunjukkan kepada
bukti-bukti praktik seperti pengorbanan anak (membakar hidup-hidup korban
anak-anak). Misalnya, Hallam, yang berpandangan seperti
ini, mendaftarkan sejumlah bukti arkeologi untuk mendukung tesis ini:
"Hanya beberapa langkah dari kuil ini terdapat sebuah kuburan dan di situ
ditemukan banyak tembikar, yang memuat tulang-belulang anak-anak balita yang
telah dikorbankan di kuil ini... Nabi-nabi Baal dan Astoret adalah pembunuh-pembunuh
resmi dari anak-anak kecil ini." "Praktik mengerikan lainnya ialah
apa yang mereka sebut 'korban fondasi.' Bila sebuah rumah akan dibangun,
seorang anak akan dikorbankan, dan tubuhnya ditanam ke dalam tembok ...
Penyembahan Baal, Astoret, dan dewa-dewa Kanaan lainnya terdiri dari
pesta-pesta yang paling ekstravagan; kuil-kuil mereka
merupakan pusat-pusat kejahatan. ... Bangsa Kanaan menyembah, dengan
pesta-pesta yang tidak bermoral, ... lalu dengan membunuh anak-anak sulung
mereka, seagai korban kepada dewa-dewa yang sama." Namun sebagian dari
bukti-bukti ini diperdebatkan, sementara yang lainnya mengatakan bahwa hal ini
mungkin diciptakan di kemudian hari untuk membenarkan tindakan pembinasaan.
2.
Para teolog
Kristen cenderung menekankan bahwa apa yang mereka lihat merupakan penyataan
yang progresif di dalam Alkitab. Sementara Alkitab semakin maju, Allah dipahami
menyatakan diri-Nya dalam cara-cara yang lebih sempurna, lebih jelas dan lebih
akurat, dan berpuncak dengan penyataan Allah yang tertiggi di dalam Yesus Kristus. Perintah
Allah melalui Yosua
untuk merebut negeri itu dengan kekuatan senjata dipandang di dalam konteks
perintah Allah melalui Yosua yang kedua, yaitu Yesus
Kristus, untuk menghadirkan kerajaan-Nya melalui cara-cara penerapan
ajaran-Nya dengan damai.
Bukti-bukti arkeologis
Surat-surat Amarna, yang berasal dari
pertengahan abad ke-14 SM, terdiri dari komunikasi resmi dari
para pemimpin Amori, Het, Huri, Fenisia, dan Filistin kepada
raja-raja Mesir,
dan memberikan sebuah tinjauan independen tentang keadaan Kanaan sesungguhnya
pada masa kitab ini. Namun, kesaksian dari arsip-arsip ini menimbulkan
kesulitan sendiri, termasuk suku bangsa Habiru yang
misterius, namun suka berperang, yang merupakan pokok pembicaraan dari banyak
surat ini.
Selain itu, kita juga mempunyai sepucuk surat dari
seorang perwira militer, "panglima dari para pemimpin pasukan Mesir,"
yang berasal dari waktu menjelang akhir pemerintahan Ramses II.
Laporan tentang perjalanannya yang menimbulkan pertanyaan, yang mungkin resmi,
bahwa perwira itu mengambil jalur melalui Kanaan hingga ke
utara sampai di Alepo, memberikan lebih banyak
informasi.
Di antara hal-hal yang diangkat dalam surat ini dan
surat-surat Amarna adalah keadaan kacau dan kehancuran yang melanda Mesir. Para
pasukan pengawal Mesir yang telah menguasai Kanaan sejak masa Thutmosis
III, sekitar 200 tahun sebelumnya, kini telah lenyap. Karena itu, jalur
tersebut terbuka untuk bangsa Ibrani. Dalam sejarah penaklukan tidak
disebut-sebut tentang Yosua yang bertemu dengan pasukan Mesir.
Prasasti-prasastinya mengandung banyak permintaan kepada raja Mesir agar
membantu dalam menghadapi serangan-serangan bangsa Ibrani, namun tampaknya
tidak ada bantuan yang dikirim.
Penggalian atas sejumlah kota-kota Kanaan telah
memberikan bukti-bukti yang berlawanan untuk menentukan historisitas Kitab
Yosua. Tel (gunungan) di Lakhis dan Hazor keduanya adalah kota-kota Kanaan pada Zaman Perunggu
Akhir. Sekitar tahun 1200 SM, kedua kota itu hancur dan lapisan-lapisan
berikutnya yang memberikan sisa-sisa pendudukan mengandung artefak-artefak
bangsa Israel. Catatan-catatan arkeologi dari kota-kota ini memperlihatkan bahwa
penyerangan yang menghancurkan oleh bangsa Israel terjadi pada akhir Zaman
Perunggu Akhir. Penggalian di Ai menghasilkan bukti-bukti yang tidak sepakat dengan penghancuran
Ai dalam Kitab Yosua. Ai tampaknya telah ditinggalkan pada Zaman Perunggu Awal
dan tidak dihuni kembali hingga setelah penyerbuan bangsa Israel. Muncul
pendapat bahwa penghancuran Ai ditambahkan ke dalam Kitab Yosua sebagai sebuah mitos etiologis, yang menjelaskan
reruntuhan-reruntuhan yang tampak jelas dari kota Zaman
Perunggu Awal. Namun, sejumlah penggalian menemukan reruntuhan kota yang
lebih cocok dengan sejarah Ai, sehingga ada pendapat lain meragukan bahwa
lokasi penggalian sebelumnya benar-benar kota Ai.
Tulang-tulang Yusuf
Di Kejadian 50:24-25
Yusuf meminta saudara-saudara dan keluarganya
untuk bersumpah agar tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu
berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran
13:19). Di akhir Kitab Yosua dicatat, bahwa
tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub
dengan harga 100 kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang
ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32).
Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab
Kejadian, Kitab Keluaran sampai ke Kitab Yosua,
merupakan jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.
Nabi Musa ‘alaihis salam memiliki seorang murid yang
menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun, dan Allah memberikan
hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya. Setelah Nabi Musa ‘alaihis
salam wafat, Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihis salam membawa Bani Israil ke luar
dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan
akhirnya sampai di kota Jerica.
Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar
dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta
berpenduduk padat. Nabi Yusya’ dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota
tersebut sampai enam bulan lamanya.
Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke
dalam. Diiringi dengan suara trompet dan pekikan takbir, dan dengan satu
semangat yang kuat, mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota,
kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan membunuh dua
belas ribu pria dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa.
Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam.
Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah
hampir terbenam. Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.
Padahal, menurut syari’at pada saat itu, pada Sabtu
dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya’ bin Nun berkata:
“Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Allah Subhanahu
wa Ta’ala, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Allah,
tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!”. Maka Allah menahan
matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil menaklukkan negeri ini dan
memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
bahwa Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena
seorang manusia kecuali untuk Yusya’. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke
Baitul Maqdis (untuk jihad).’” (HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat
Al-Bukhari).
Akhirnya Nabi Yusya’ dan kaumnya berhasil memerangi
dan menguasai kota tersebut. Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun memerintahkan
kaumnya untuk mengumpulkan harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak
mau membakarnya. Lalu Beliau meminta sumpah kepada kaumnya. Dan akhirnya
diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan menyembunyikan emas
sebesar kepala sapi.
Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan
apa yang mereka curi dari harta rampasan perang itu. Kemudian dikumpulkan
dengan harta rampasan perang lainnya. Barulah kemudian api mau membakarnya.
Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi
Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam. Yaitu tidak boleh mengambil harta
rampasan perang. Dan Allah menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan
bagi Rasululloh Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam untuk mengambil rampasan perang
agar dapat diambil manfaat yang banyak dari harta rampasan perang itu.
Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani
Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ yang
memerintah mereka dengan Kitab Allah, Taurat, sampai akhir hayatnya. Dia
kembali ke hadirat Allah saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa
hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam adalah dua puluh tujuh
tahun.
Referensi
Pustaka tambahan
- Morton, William H. Joshua. The Broadman Bible Commentary, Vol. 2. Ed. Clifton J. Allen, et al. Nashville: Broadman Press, 1970.
- Halley, Henry H. Halley's Bible Handbook. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1927, 1965.
- Mazar, Amihai. The Archaelogy of the land of the Bible. New York: Doubleday, 1990.
Pranala luar
Terjemahan-terjemahan online dari Kitab
Yosua:
- Teks asli:
- יְהוֹשֻׁעַ Yehoshua - Joshua (bahasa Ibrani - bahasa Inggris di Mechon-Mamre.org)
No comments:
Post a Comment