Pos 793- Kisah Nabi Ayub a.s.
Pos 793- Kisah Nabi Ayub a.s.
Selamat
datang di Wikipedia bahasa Indonesia!
|
[tutup]
|
Ayyub
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
Ayyub (Bahasa
Arab أيوب) (sekitar 1540-1420 SM) adalah seorang nabi yang
ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria
(Aramin) di Haran,
Syam. Ia
diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM dan Namanya disebutkan sebanyak 4 kali
di dalam Al-Quran.
Ia mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam.
Ayyub
dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan
dari Tuhan, bahkan bisa dikatakan bahwa kesabarannya berada di ambang puncak kesabaran.
Sering orang mengagumi kesabaran kepada Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti
sabarnya Ayyub. Jadi, Ayyub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau
teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap
budaya. Allah
telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
Al-Quran Surah Shad, ayat 44.
“
|
Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah
sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
|
”
|
Etimologi
Ayyub
berasal dari bahasa Arab dan bahasa
Ibrani, yang memiliki arti yang sama yaitu "menggantikan."[1]
Genealogi
Ayyub
adalah putra dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim.
Sebagaimana disebutkan dalam kisah Yaqub, Aish adalah saudara kembar Yaqub, jadi Ayyub
masih kemenakan Yaqub dan sepupu Yusuf. Dalam situs web
Tayibah.com dijabarkan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin
Amus bin Tawih bin Rum bin Ais (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim.[2]
Sumber
lain mengatakan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin Amwas
bin Zarih dari keturunan Ibrahim.[3]
Riwayat
Ayyub
adalah salah seorang manusia pilihan dari sejumlah manusia pilihan yang mulia.
Allah telah menceritakan dalam kitab-Nya dan memujinya dengan berbagai sifat
yang terpuji secara umum dan sifat sabar atas ujian secara khusus.
Allah
telah mengujinya dengan anaknya, keluarganya dan hartanya, kemudian dengan
tubuhnya. Allah telah mengujinya dengan ujian yang tidak pernah ditimpakan
kepada siapa pun, tetapi ia tetap sabar dalam menunaikan perintah Allah dan
terus-menerus bertaubat kepada-Nya.
Setelah
Nabi Ayub menderita penyakit kronis dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana sahabat
dan keluarganya
telah melupakannya, maka ia menyeru Rabbnya, "(Ya Rabbku), sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara
semua penyayang." (Al-Anbiya’: 83). Dikatakan kepadanya,
"Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum."
(Shod: 42). Nabi Ayyub AS menghantamkan kakinya, maka memancarlah mata air yang
dingin karena hantaman kakinya tersebut. Dikatakan kepadanya, "Minumlah
darinya serta mandilah." Nabi Ayyub AS melakukannya, maka Allah Ta’ala
menghilangkan penyakit yang menimpa bathinnya dan lahirnya.
Kemudian
Allah mengembalikan kepadanya; keluarganya, hartanya, sejumlah ni’mat serta kebaikan
yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang banyak. Dengan kesabarannya itu
maka ia merupakan suri teladan bagi orang-orang yang sabar, penghibur bagi
orang-orang yang mendapat ujian atau ditimpa musibah serta pelajaran berharga
bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.*
Ketika
Ayyub sakit, maka ia menemukan kepingan uang milik
istrinya yang diperoleh dari hasil pekerjaannya melakukan sesuatu, sehingga ia
bersumpah akan mencambuknya seratus kali cambukan. Kemudian Allah
meringankannya dari Nabi Ayyub dan istrinya, seraya dikatakan kepadanya:
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput)." Yakni seikat jerami,
ilalang, tangkai atau yang lainnya sebanyak seratus biji, kemudian pukullah ia
dengannya "… dan janganlah kamu melanggar sumpah." (Shod: 44). Yakni
melanggar sumpahmu.
Dalam
ayat di atas terdapat dalil bahwa kifarat sumpah tidak disyari’atkan kepada
seseorang sebelum syari’at kita, serta kedudukan sumpah di hadapan mereka
adalah sama dengan nazdar, yang mesti dipenuhi.
Juga
dalam ayat tersebut terdapat dalil, bahwa bagi orang yang tidak mungkin
dilaksanakan hukuman had atasnya karena kondisinya yang lemah atau alasan
lainnya, hendaklah diberlakukan kepadanya hukuman yang disebut dengan hukuman
tersebut, karena tujuan dari pemberlakuan hukuman itu ialah pemberian rasa
jera, bukan perusakkan atau penghancuran.
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas
bin Malik dari Nabi Muhammad, beliau bersabda, “Sesungguhnya Nabi
Allah Ayub AS diuji dengan musibah tersebut selama delapan belas tahun, dimana
keluarga dekat serta keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya
kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya, dimana keduanya telah
memberinya makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang
dari kedua saudaranya itu berkata kepada saudaranya yang satu, ‘Demi Allah,
perlu diketahui, bahwa Ayub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah
dilakukan siapa pun di dunia ini.’ Sahabatnya itu bertanya, ‘Dosa apakah itu?.’
Saudaranya tadi berkata, ‘Selama delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya,
sehingga menyembuhkannya dari penyakit yang dideritanya.’
Ketika
keduanya mengunjungi Ayyub AS maka salah seorang dari kedua saudaranya itu
tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia menyampaikan pembicaraan tersebut
kepadanya. Ayyub AS menjawab, ‘Aku tidak mengetahui apa yang kamu berdua
bicarakan, kecuali Allah Ta’ala telah memberitahukan; bahwa aku diperintah
untuk mendatangi dua orang laki-laki yang berselisih supaya keduanya mengingat Allah.
Sedang aku akan kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, karena
merasa benci mengingat Allah, kecuali dalam kebanaran.’”
Nabi
Muhammad bersabda, “Ketika Ayyub AS pergi menunaikan hajatnya maka istrinya memegang
tangannya hingga selesai. Suatu hari istrinya datang terlambat dan Ayyub AS
menerima wahyu,
‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.’ (Shad: 42)
Ketika istrinya datang dan bermaksud menemuinya, maka ia melayangkan
pandangannya dalam keadaan tertegun, dan Ayyub AS menyambutnya dalam rupa
dimana Allah telah menyembuhkan penyakit yang dideritanya, dan rupanya sangat
tampan seperti semula.
Ketika
istrinya melihatnya, seraya bertanya, ‘Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau
melihat nabi Allah yang sedang diuji? Demi Allah, bahwa aku melihatnya mirip
denganmu saat ia sehat.’ Ayyub AS menjawab, ‘Sesungguhnya aku ini adalah dia.’
Ketika itu di hadapannya terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan gandum dan
jewawut. Kemudian Allah mengirim dua buah awan, dimana ketika salah satunya
menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas hingga penuh, sedangkan
pada gundukan jewawut tercurah mata uang hingga penuh.” (HR. Abu Ya’la, 3617,
yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani
dalam kitab Shahîh-nya no. 17).
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) [1]
- (Inggris) [2]
- (Inggris) Makam Nabi Ayyub di dekat kota Salalah, Oman
|
---------------------oooooo----------
No comments:
Post a Comment