Pos No. 811- Kisah Hidup Maryam
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: pandu arah, cari
Maryam (Bahasa Arab:
مريم, Arami:
מרים, Maryām,
kemudian Ibrani Miriam), juga Mary atau Maria, adalah
ibu Nabi
Isa a.s./Jesus Christ dan didakwa tunangan Yusuf oleh penganut Kristian.[1] Beliau
disebut lebih kerap dalam al-Qur'an dari keseluruhan Perjanjian
Baru,[2]
malah Surah
Maryam dinamakan bersempenanya.
Menurut
sumber bukan-buku Kristian, ibu bapanya bernama Yoakim dan Hana. Satu teori
mengatakan bahawa nama ayahnya adalah Heli (Imran dalam pandangan Islam), yang
dinyatakan dalam salasilah Lukas. Maryam, yang merupakan seorang perawan,
mendapat wahyu dari Malaikat Jibril, Utusan Allah, bahawa beliau bakal
mengandungkan Jesus walaupun belia seorang perawan.
Namun
begitu dalam Islam, Maryam tidak dianggap sama sekali sebagai "Bonda
Tuhan" atau "Ratu Syurga" seperti mana dalam kepercayaan Kristian. Hal
ini kerana umat Islam mempercayai Maryam adalah hanya seorang wanita biasa dan
manusia hamba Allah yang terlalu suci dan semulia-mulia wanita di sisi Allah
yang amat dikasihi oleh Allah kerana akhlak dan peribadinya. Islam juga
menganggap Isa Al-Masih (Jesus Christ) adalah Rasulullah dan Nabi Besar kepada
Kaum Bani Israel yang membawa Kitab Injil yang asli.
Maryam
sering diagungkan di kalangan orang Kristian, khususnya
dalam lingkungan Gereja Roman Katolik dan Gereja Ortodoks. Islam juga sangat
menghormatinya. Bidang keagamaan Kristian yang berkait dengannya disebut
Mariologi. Pesta kelahiran Maryam dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Gereja Roman Katolik, dan Anglikan pada 8
September. Gereja Ortodoks dan Gereja Roman Katolik juga mempunyai banyak
hari perayaan lainnya untuk menghormati Maryam.
Gelaran Maryam
Rencana ini memerlukan
kemaskini dalam Bahasa Melayu piawai Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Silalah membantu.
Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Gelaran-gelaran
Maryam yang sering digunakan antaranya termasuklah, "Maryam perawan yang diberkati"
atau "Bonda kita" (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna).
Dalam Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi
Timur dalam Gereja Roman Katolik, Maryam sering digelar Theotokos (Bonda Tuhan). Gelaran ini
diiktiraf dalam Majlis Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau
lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologi yang
terkandung dalam gelar ini adalah bahawa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya
Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahawa dua sifat Yesus (Illahi dan insani)
dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.(Walaubagaimanapun Muslim sama sekali
tidak mempercayai Teologi Kristian seperti diatas)
Catatan sejarah Kristian
Maryam dalam Perjanjian Baru
Sedikit
yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah
kerabat dari Elizabeth, isteri dari imam Zakaria anggota golongan Imam Abiyah.
Elizabeth sendiri seorang keturunan Harun (Lukas 1:5; 1:36).
Maria
bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua
orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga
Daud (Lukas 1:26). Para Apologis Kristian kadang-kadang menduga bahwa Maria,
sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa
pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa
tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk
berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri –
Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Messiah
yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus
(Lukas 1:35). Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah
mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu
berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf
mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu (Matius
1:18-25).
Kerana
malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabeth, yang sebelumnya mandul,
kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya
itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah
perbukitan" (kemungkinan di Yuttah, Yosua 15:55; 21:16, bersebelahan
dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth) (Lukas 1:39). Begitu Maria tiba dan
menyalami Elizabeth, Elizabeth dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu
dari Tuhannya", dan meberinya sebuah kidung ungkapan syukur (Lukas
1:46-56; bdk. 1 Samuel 2:1-10) yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan
sesudahnya, tampaknya sebelum kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke
rumahnya (Lukas 1:56-57). Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba
sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus (Lukas 2:1) yang menitahkan agar
Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem (lih. Micah 5:2), sekitar 80 atau
90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika
mereka berada di Bethlehem, Maria melahirkan putera
sulungnya; namun kerana tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat
bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing, lih. Lukas 2:6,7), dia harus
menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi.
Sesudah
delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang
diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima
anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan
umatnya dari dosa-dosa mereka" (Matius 1:25, Lukas 2:21; bdk. Matius
1:21). Upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus
kepada Tuhan di Bait Allah di Jerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi
anak-anak sulung, kemudian kunjungan orang-orang majus, pengungsian keluarga
itu ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung
sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazareth (Matius 2).
Maria tampaknya menetap di Nazareth selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa
peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal
kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas
tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari
perayaan Paskah di Jerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah
(Lukas 2:41-52). Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan
permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, kerana Yusuf
tidak disebut-sebut lagi.
Setelah
Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai diganggu oleh iblis di padang
gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mukjizat pertamaNya di hadapan umum
pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat
perantaraan Maria (Yohanes 2:1-11). Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria
hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas)
serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya
(Matius 13:54-56; Markus 6:3; Kisah Para Rasul 1:14; . Maria juga dilukiskan
hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang
dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria
Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang
disebutkan dalam Matius 27:55, bdk. Mark us 15:40), serta Maria Magdalena
(Yohanes 19:25-26). Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu
anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam
Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea
dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong
jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang
umum dalam seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".
Menurut
Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa
berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi
Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang
yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat(calon) (Kis.
1:12-26, khususnya ayat 14, meskipun disebutkan dalam ayat ini bahwa
saudara-saudara Yesus juga hadir). Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari
Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali
lagi digambarkan sebagai Wanita syurgawi dalam Wahyu (Wahyu 12:1).
Kematiannya
tidak tercatat dalam Alkitab.
Tulisan dan tradisi Kristian selanjutnya
Menurut
Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian
Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat
dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria
adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul,
dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka
membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Jerusalem
ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa
Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab
Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).
Menurut
tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun
sesudah kenaikan Kristus, di Jerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia;
disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya,
ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahawa dia telah diangkat secara
badaniah ke Syurga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Jerusalem
diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad
ke-6.)Namun mengikut sesetengah pendapat dikatakan 4 hingga 5 tahun selepas
kematian Yesus (atau keangkatannya ke langit Syurga). Saint John telah membawa
Maryam ke Efesus untuk dilindungi dan dimakamkan di dalam sebuah Biara kecil
yang digelar “The House of Virgin Mary”
(dikatakan binaan asal oleh Saint John).Biara ini terletak diatas
Mount Koressos (Bulbul Dagi) dan tingginya 420 meter dari paras laut.
Kisah Maryam menurut Islam
Maryam
yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran (Heli dalam versi Kristian) seorang
daripada pemuka-pemuka dari Ulama Bani Israel.
Ibunya saudara ipar kepada Nabi
Zakaria a.s. adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan
Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa
anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk
menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan
pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat inginkan keturunan sehingga
bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan
kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak
kunjung lepas dari ingatannya.
Tahun
demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal
keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara
dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum
juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari
kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah
isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi
keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan
walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad
membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh
khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila
permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul
Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara Rumah Suci(Bait Allah) itu
dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan
dirinya atau kepentingan keluarganya.
Harapan
isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah
menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah
disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan
seorang Nabi Besar(Rasullallah). Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang
dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang
lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar.
Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu
akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi
yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan
diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan
tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana
suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang
gembira, wajah sepasang suami isteri Imran menjadi berseri-seri tanda suka cita
dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik
menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.
Akan
tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang,
Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan
diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia
melahirkan, tiba-tiba direnggut nyawanya(Imran) oleh Malaikat
Izrail (Malaikat Maut) dan meninggallah isterinya seorang diri dalam
keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami
isteri menjadi makin mesra. Rasa sedih kerana ditinggalkan oleh suami yang
disayangi selamanya bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului
kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan.
Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan
dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara
bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang
lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah
dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada
kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas:
"Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku
bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan
pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang
baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai
pengawas dan pemeliharanya.
Demikianlah
maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para
rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab
atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu
mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh
kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan
menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan
dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin
melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas
loteng Baitulmuqaddis yang tinggi yang tidak dapat dicapai
melainkan dengan menggunakan sebuah tangga. Nabi Zakaria merasa bangga dan bahagia
beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam
secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih
sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang
tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat
keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa
ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah
meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa
cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya
yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala
terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa
sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk
suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada
suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia
mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan
bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap
hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang
lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan
buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan
setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi
Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan
mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki
ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah
meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim
panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini." Maryam
menjawab: "Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta.
Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa
memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang
tidak ternilai besarnya?" Demikianlah Allah telah memberikan tanda
pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya
untuk melahirkan seorang Nabi Besar yang bernama Isa Al-Masih ibn Maryam sebuah
nama yang indah yang diberi oleh Allah.
Kisah
lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam al-Quran Surah
Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.
Untuk
melihat kisah kelahiran Nabi Isa oleh Maryam klik sini: Nabi
Isa a.s.
Kisah Maryam dihantar ke Baitul Maqdis
Pada
suatu malam yang sunyi, Maryam dibawa ke Baitul
Maqdis oleh ibunya, Hannah."Aku serahkan anakku ini kepada tuannya.
Sebelum ini aku sudah bernazar untuk menyerahkan anakku menjadi hamba abdi di
rumah suci ini," kata Hannah kepada pendeta-pendeta di situ.
"Baiklah,
kami akan menjaga anakmu ini," balas pendeta-pendeta tersebut.
Setelah
Hannah pulang, tinggallah Maryam di tempat suci itu. Ramai pendeta berebut
untuk memelihara Maryam.
Pelbagai
alasan diberi mereka agar dapat mengasuh Maryam. Pendeta yang paling tegas
sekali ialah Nabi Zakaria a.s.. Baginda menyatakan bahawa
baginda mempunyai hubungan kekeluargaan dengan keluarga Imran, iaitu keluarga
Maryam.
Semua
pendeta tidak mahu mengalah. Mereka sepakat membuang pensel masing-masing ke
dalam sungai. Pensel siapa yang tidak tenggelam, maka dialah yang berhak
menjaga Maryam.
Hanya
pensel Nabi Zakaria sahaja yang tidak tenggelam. Maka Maryam pun diserahkan
kepada Nabi Zakaria. Nabi Zakaria memelihara Maryam dengan penuh kasih sayang
dan dijaga seperti anaknya sendiri.
Suatu
hari, Nabi Zakaria ke bilik Maryam. Baginda terkejut apabila melihat sedulang
makanan berada di depan pintu bilik Maryam. Baginda pun segera bertanya kepada
Maryam: "Dari mana datangnya makanan ini semua?"
"Makanan
ini adalah daripada Allah. Allah memberi rezeki kepada sesiapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab," balas Maryam.
Melihat
kepada keperibadian Maryam yang mulia itu, Nabi Zakaria berharap agar baginda
juga dikurniakan cahaya mata. Allah telah mengkabulkan doa Nabi Zakaria.
Isteri
baginda yang sudah tua itu pun mengandung. Nabi Zakaria sungguh gembira apabila
dikurniakan seorang anak lelaki. Anak itu diberi nama Yahya. Yahya adalah salah
seorang nabi Allah.
Maryam
terus membesar menjadi seorang wanita soleh yang amat dihormati. Beliau amat
suci dan menjadi contoh kepada semua orang lain. Maryam juga merupakan seorang
perempuan yang sangat mulia.
Beliau
amat taat dalam melaksanakan perintah Allah dan sentiasa menjauhi perbuatan
maksiat dan dosa. Setiap hari yang dilaluinya dihabiskan untuk beribadat kepada
Allah.
Sebagai
memenuhi syarat ibu Maryam serta menunaikan nazar ketika beliau mengandungkan
Maryam dahulu, Maryam diletakkan di sebuah biara di dalam Masjid al-Aqsa. Di
sanalah beliau menumpukan ibadah kepada Allah SWT.
Kesucian
beliau terpelihara kerana beliau tidak pernah keluar dari biliknya apatah lagi
untuk dilihat dan disentuh oleh mana-mana lelaki.
Tempat Persemadian Jenazah Maryam Binti Imran (Virgin Mary)
Rumah biara yang dianggap sebagai tempat terakhir untuk
Maryam beribadat dan tempat dimana jasad Maryam dikebumikan oleh penduduk
tempatan yang terdiri dikalangan mereka yang beragama Islam atau Kristian.
Berdekatan
dengan Gunung Pion (Mount of Pion) di Efesus, Turki (Ephesus,
Turkey),disana juga terletaknya sebuah gunung yang tinggi disebut Gunung Koressos (bahasa
Inggeris: Mount of Koressos)(bahasa
Turki: Bulbul Dagi).Tingginya gunung itu adalah lebih kurang 420 meter
daripada paras laut. Di atasnya dikatakan teletaknya sebuah biara kecil yang
bermihrab dan bumbungnya berkubah dikatakan tempat terakhir bagi Allahyarhamah
Maryam binti Imran(Mary) beribadah dan bertahannuth kepada Allah selepas anak
tunggalnya Nabi Isa Al-Masih(Jesus Christ) diangkat oleh Allah ke langit.
Jenazah beliau juga dikatakandtelah disemadikan didalam biara tersebut di tempat
sujudnya dibawah mihrabnya. Setiap
tahun dikatakan banyak pelancong yang kebanyakannya terdiri daripada penganut
yang beragama Islam
dan Kristian
memanjat gunung tinggi ini semata-mata untuk melawat dan berdoa kepada Allah
untuk mengharapkan kesejahteraan Maryam, khususnya pada tarikh 15 Ogos setiap
tahun dikatakan tarikh kematian Maryam.
Dibawah Mihrab seperti yang terdapat didalam gambar
dikatakan tempat dimana jasad Maryam dikebumikan.
Kelebihan di kawasan Biara.
Pada
sekitar tahun 1774 sehingga 1824 seorang wanita Nun(Biarawati) German yang bernama Anna Katherina Emmerich telah
tinggal di biara itu untuk menghabiskan sepenuh masa hidupnya untuk berkhidmat
dan beribadah di biara tersebut. Beliau dikatakan telah berkomunikasi dengan
Maryam sehinggakan pengalamannya itu telah menerbitkan sebuah buku yang
bertajuk “The Life of Virgin Mary”.
Pada
tahun 1891, Paderi Lazarus telah menjumpai suatu sudut kawasan dalam biara itu
yang dikatakan tempat Maryam menghabiskan hari dan masa terakhir kehidupannya
berpandukan kisah Anna dan Maryam yang tercatat dalam buku itu.
Dikatakan
juga sekitar biara itu dikelilingi dengan taman bunga yang terdapatnya 1
berhala Maryam dan sebuah pancur air yang dikatakan mampu mengubati kesakitan.
Terdapat juga kolam yang terletak 100 meter di luar biara (Huseyin Cimrin,
Ancient Ephesus (English),page: 75-77, Guney Books, 1 edition: 1996.80 pages,
softcover,;: Publication and Distribution by; Guney Kartpostal Veturistik
Yayincilik,Turkey).
WaAllahu
A’lam.
Maryam dalam agama bukan Samawi
Beberapa
penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama
Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi
Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan
Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di
Tiongkok. Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria
dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad
del Cobre") adalah Dewi Oshun. Tapi bagaimanapun, anggapan dan pandangan
perihal Maria secara tepat hanya bisa dilihat dari sudut pandang agama Islam
yang mendudukkan Maryam yang tidak lebih dari makhluk ciptaan Tuhan yang sangat
mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan ( Rosululloh
SAW bersabda : Penghulu wanita penghuni surga ada empat : Fathimah,
Maryam, Khodijah dan Asiah), namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk
setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.
Maryam dan Shakespeare
Pada abad
ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam
kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius,
dan praktek-praktek religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh
terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah
yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu
tidak-Alkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535
sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah
Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa
tempat-tempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari
tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang
didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady
of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di
Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of
Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catherine
Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran
tempat ziarah tersebut pada tahun 1538. Pada saat yang sama, "Maria"
atau "Mary" dalam Bahasa Inggris secara dramatis kian populer sebagai
nama yang diberikan untuk bayi-bayi perempuan di Inggris pada abad ke-16.
Sekitar tahun 1500, di Warwick County, Inggris, mungkin hanya ada 1% bayi
perempuan yang diberi nama Mary. Sekitar tahun 1600, jumlah bayi perempuan yang
diberi nama Mary meningkat hingga sekitar 10%.[1] Perubahan ini terasa luar
biasa, mengingat adanya upaya ekstensif dari pemerintah pada masa itu untuk
menghilangkan sama sekali penghormatan terhadap citra-citra Maria, dan untuk
mengarahkan peribadatan Kristiani kepada kata-kata yang tertulis.
William
Shakespeare memiliki apresiasi yang kuat terhadap kontroversi menyangkut
"Maria" dalam kehidupan Kristiani. Kesadaran akan kaitan antara
kata-kata serta citra-citra, dan para pemeran, bayang-bayang, serta tokoh-tokoh
yang sesungguhnya, senantiasa muncul dalam karya Shakespeare. Drama Romeo and
Juliet, Bagian ke-1, Babak ke-5, berisi sebuah dialog, disusun secara formal
dalam bentuk sebuah soneta, yang menggunakan peziarahan ke tempat ziarah Maria
untuk mengungkapkan usaha Romeo untuk merayu Juliet. Babak terakhir dari The
Winter's Tale berisi instruksi-instruksi dari Paulina, yang menempatkan Perdita
dalam posisi untuk meminta pada patung Hermione agar mendoakannya, mirip dengan
peziarah di tempat-tempat ziarah Maria yang berdoa di depan sebuah citra Maria.
Menurut beberapa kritikus, huru-hara menyangkut Maria dalam sejarah Inggris
pada abad ke-16 sangat erat kaitannya dengan perkembangan teater Shakespeare.
CATATAN KISAH INI SELESAI
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
No comments:
Post a Comment