Pos 1220 - Kisah Nabi Zakaria A.S.
Nabi
Zakaria{Zakaria ben Yehoiada ben Yusahafat ben Asa ben Abia ben
Rehabeam ben Sulaiman(Nabi
Sulaiman a.s)ben Daud(Nabi Daud a.s). Baginda Nabi
Zakaria, adalah ayah kepada Nabi
Yahya a.s.; putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia
sangat tua iaitu pada usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna(Elisabeth), ibu
saudaranya Maryam(Mary),Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi
pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan
permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat
meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa
meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan
kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan
dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau
mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai
manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari
generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.
Nabi
Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta
menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai
dengan nadzarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang
ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan
oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui
undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam
yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya
sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.
Suatu peristiwa
yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari
ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut
mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa
saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik
bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim
panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana
datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim
dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai
sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: "Wahai
Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?"
Maryam
menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa dicari dan
diminta. Di waktu pagi dikala matahari terbit
aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian pula bila
matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan
takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan?"
Maryam binti Imran
Maryam
yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran
seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar
kepada Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan
Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa
anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk
menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan
pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat dambakan keturunan sehingga
bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan
kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak
kunjung lepas dari ingatannya.
Tahun
demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal
keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara
dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum
juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari
kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah
isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi
keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan
walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad
membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh
khusyuk dan kerendahan hati bernazar dan berjanji kepada Allah bila
permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul
Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan
sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya
atau kepentingan keluarganya.
Akan
tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang,
Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan
diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia
melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil
tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri
menjadi makin mesra. Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur
dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri
Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan
untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia
dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu
janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri
sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernazar untuk
dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan sedih berucaplah ia
seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan
seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang putera yang
lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik
puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya
dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.
Demikianlah
maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para
rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab
atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu
mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh
kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya. Tindakan
pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga
keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari
jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat
dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar diatas loteng
Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan
sebuah tangga. Nabi Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan
undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak
saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada
Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada
kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya
dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya.
Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa
cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya
yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala
terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa
sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk
suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari. Pada suatu hari tatkala
Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi
berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah.
Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa
buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu
bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal
mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun
selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam
tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam,
dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun
mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu
buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar
dalam musim dingin ini."
Maryam
menjawab: "Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta.
Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa
memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang
tidak ternilai besarnya?" Demikianlah Allah telah memberikan tanda
pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya
untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa a.s. Kisah lahirnya Maryam
dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.
-------------------------------oooooo--------------------------------------------
No comments:
Post a Comment